Selasa, 15 November 2016

Syarat Untuk Melakukan Gentle Birth





1. Persalinan Natural

Melahirkan adalah peristiwa natural (alami), bukan peristiwa medis, sehingga intervensi medis seperti operasi sesar hanya dilakukan jika memang karena pertimbangan medis dan mendesak. Persalinan alami berarti persalinan dilakukan dengan cara natural atau spontan pervaginam alias bersalin normal. Inilah proses persalinan paling nyaman, aman, minim dampak negatif, ekonomis, dan membanggakan. Itulah mengapa, persalinan natural sebagai salah satu prinsip utama Gentle Birth (GB). 

Semua ibu sebenarnya dapat melakukan persalinan ini karena Tuhan telah menciptakan semuanya secara proporsional dan sesuai dengan peruntukannya, hanya dalam situasi dan kondisi tertentu saja seorang ibu tidak dapat melakukan persalinan jenis ini. Untuk dapat melakukan persalinan ini, kita tidak perlu melakukan aneka tahapan medis yang merepotkan. Inilah asyiknya persalinan natural, tidak seperti sesar yang mengharuskan pasiennya melakukan beberapa tahapan medis dulu.

Agar dapat bersalin dengan normal, ibu hanya perlu persiapan biasa seperti menjaga kesehatan fisik dan batin, memilih asupan bergizi seimbang, olahraga teratur, dan cukup istirahat. Ada banyak manfaat yang didapat bila ibu melahirkan secara normal. Salah satunya, ibu terhindar dari banyak trauma fisik dan psikis akibat proses persalinan. Karena di dunia ini, semua cara persalinan memiliki trauma luar biasa, kecuali proses persalinan natural. 

Keuntungan lainnya, ibu dapat merasakan dan mengalami perjuangan yang luar biasa sebagai seorang ibu, “Aku sudah menjadi the best mom for my kids and my hubby.” Kenapa? Karena persalinan itu adalah momen yang sakral. Apalagi kita tahu, pengalaman dan rasa persalinan anak pertama, kedua, dan ketiga tidaklah sama. Sekalipun proses persalinannya sama-sama natural. Meski persalinan natural menjadi hal yang utama, untuk ibu tertentu karena indikasi medis, persalinan natural tidak bisa dilakukan. Meski begitu, bukan berarti ibu gagal, toh banyak prinsip utama GB lainnya yang dapat dijalani dengan sukses oleh ibu.

2. Ibu Sang Penentu

Di sini, poros kekuatan, ritme, dan proses ada pada calon ibu, bukan pada prosedur baku mekanistik. Ini berarti ibulah yang dapat menentukan apakah proses persalinannya akan berjalan mudah atau sulit. Karena yang akan merasakan nikmatnya bersalin adalah ibu, maka seperti apa bentuk atau cara bersalinnya ada di tangan ibu. Pilihan dengan cara seperti, di mana, oleh dokter mana, dan lain-lain akan berpengaruh pada kesiapan dan keyakinan ibu dalam proses persalinan normal. 

Untuk persiapannya sendiri, ibu tidak perlu melakukan ritual khusus atau melakukan hal-hal yang justru bisa membuat ibu stres, tertekan, dan was-was. Jadi, cukuplah jalani kehamilan secara biasa sambil memasrahkan diri kepada-Nya. Pastinya, selalu buat sugesti pada diri ibu untuk bisa melakukan persalinan dengan cara yang diinginkan.

3.  Cinta

Harus ada rasa cinta, terutama antara ibu dengan anak yang akan dilahirkan. Bukan rasa takut yang malah akan mempersulit proses persalinan. Untuk mencapainya, lakukanlah komunikasi dengan si jabang bayi secara rutin. Ingat, walau masih ada dalam kandungan, anak bisa merasakan adanya komunikasi ini dan dia bisa meresponsnya, lo. Juga, selama hamil berikanlah selalu yang terbaik bagi anak dan diri kita, mulai aktivitas, gaya hidup, makanan, minuman, dan lainnya.

Penting juga, berdoalah. Saat menjelang persalinan, jadikan momen tersebut acara yang menyenangkan, pasrah kepada-Nya, dan selalu berkomunikasi dengan si kecil, ”Sayang, kamu anak kuat, kamu pasti bisa, dan Bunda juga pasti bisa memperjuangkan kamu. Yuk, kita sama-sama saling membantu,” sambil memegang perut dan mengelusnya. Seusai bersalin, ibu juga perlu menjalin ikatan pertama dengan melakukan IMD, rooming in, dan coo-sleeping dengan bayi.

4.  Minim Trauma

Ada banyak risiko trauma pada ibu hamil, baik trauma fisik maupun psikis. Meski begitu, ibu perlu menghindari atau meminimalkan berbagai trauma itu, pun bila telanjur  terjadi trauma maka harus segera disembuhkan. Dengan begitu, trauma tersebut tidak mengganggu persalinan berikutnya.

5. Momen Sakral

Kelahiran  adalah momen tersakral sehingga harus ada persiapan dan perlakuan istimewa. Tentu di sini ibu harus bisa hidup nyaman dan tenang, menjelang persalinan pilihlah tempat bersalin yang sesuai dengan ibu, terus komunikasi dengan si kecil, bawa semua hal-hal yang bisa menguatkan ibu saat menunggu proses persalinan.

6.  Keterlibatan Ayah

Suami harus terlibat penuh dalam proses persalinan demi membantu persalinan sang istri. Bahkan lebih jauh dari itu, sebelum atau saat istri hamil maupun pascamelahirkan, suami harus terus membantu dan memotivasi istri. Tidak bisa dipungkiri, suami yang selalu berada di samping ibu hamil, termasuk menemani setiap kontrol ke dokter dan  saat sedang melakukan persalinan, semua itu merupakan tenaga ekstra yang tiada bandingannya bagi ibu. Suami juga memiliki peran yang besar dalam menyukseskan ASI eksklusif.




SEMOGA BERMANFAAT!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar